TERIMA KASIH TUHAN YESUS MEMBERKATI!
Sejarah Sebelum Berdirinya Paroki “Raja Damai” Banggai
Pada tahun 1950-an desa yang ada umat Katolik di pulau Banggai yaitu kota Banggai, desa Lokotoy, desa Pososlalongo dan desa Matanga. Umat Katolik di Banggai umumnya pedagang Cina. Umat yang berada di desa Lokotoy berasal dari keluarga Sambiut yang dipanggil oleh umat Islam untuk berburu babi dan bertani. Umat Katolik di Pososlalongo berasal dari masyarakat desa Talambatu dan beberapa umat Katolik Sambiut. Mereka dipanggil umat Islam Monsongan juga untuk berburu babi dan bertani. Sedangkan, umat Katolik desa Matanga adalah pindahan umat Katolik dari desa Kaukes.
Di Pulau Bokan umat Katolik sudah ada sejak tahun 1927 ketika seorang Filipina suku Mindanao tiba di sana. Ia datang dengan perahu layar sembilan bersama keluarga yang bernama Jarolan. Di pulau Bokan ia memiliki usaha mutiara. Ia memperoleh mutiara dengan menyelam di laut Bokan dan di samping itu beliau menyebarkan agama Katolik. Jarolan ini orangnya ramah, sopan-santun, suka menolong orang dan ia dikenal baik oleh orang-orang sekitarnya. Karena itulah banyak orang yang suka masuk agama Katolik. Ia tinggal di desa Tongo. Dengan melihat umat yang sudah mulai banyak ia meminta supaya mereka membangun rumah ibadah sederhana. Akhirnya rumah ibadah itu jadi dengan beratap daun rumbiah dan berdinding bambu dan di situlah mereka beribadat setiap hari Minggu.
Pada tahun 1930 Pastor Y. Haebink MSC datang berkunjung ke desa Tongo. Pada tahun 1939 terjadi gempa bumi dan banyak rumah roboh serta Gereja yang umat bangun ikut rusak. Akhirnya umat Katolik di Tongo berpindah ke desa baru yaitu Nggasuang dan desa Keak. Bapak Jerolan bergaul juga dengan bapak Mariano Yukulan. Ia adalah salah seorang warga yang tinggal di desa Kaukes. Karena pergaulan baik mereka berdua bapak Yukulan menjadi seorang Katolik. Maka masyarakat asli desa Kaukes kini memiliki seorang Katolik. Umat Katolik di pulau Bangkurung berada di desa Boniton dan desa Kanari/Taduno.
Umat Katolik yang berada di desa-desa ini tersebut dilayani oleh Pastor Paroki Sambiut-Nulion. Pastor yang melayani pada saat itu yakni Pastor Van de Stern MSC (1950-1960). Biasanya pastor mengunjungi umat dua kali dalam setahun. Pastor mengunjungi umat menggunakan perahu yang disewa kepada Bajo Kalumbatan. Dengan menggunakan perahu tersebut pastor mengunjungi umat Katolik di pulau Banggai dan pulau Bangkurung. Umat Katolik di desa Keak, Kaukes dan Nggasuang bergantian untuk menjemput pastor ketika datang berkunjung. Biasanya perjalanan dengan perahu memakan waktu sampai dua hari dan itu baru tiba di desa Keak, Kaukes dan Nggasuang. Pada tahun 1960-an Pastor Giesbert MSC dari Sambiut (1960-1966) membantu melayani dengan menggunakan motor laut Rosari. Pastor Giesbert melayani tiga sampai empat kali dalam setahun.
Lalu pada tahun-tahun berikutnya ada imam-imam yang melayani umat Katolik. Mereka itu antara lain: Pastor Passen MSC dari Nulion (1966-1968), Pastor A. Lumeno MSC dari Nulion (1969-1972), Pastor G. Leek MSC dari Sambiut (1973-1976), Pastor Mogie MSC dari Sambiut (1977-1979), Pastor Y. H. Lasut Pr dari Sambiut (1980-1984), Pastor Frans Mangundap Pr dari Sambiut (1984-1986), Pastor Edy Wolf Pr dari Sambiut (1985-1987), Pastor Herman Umbas Pr dari Nulion (1987-1992). Pastor Freds Tawaluyan Pr dari Nulion (1992-1993), Pastor John Rawung MSC dari Nulion (1993-1998), Pastor Nus Rahailwarin MSC dari Nulion (1998-2001), Pastor Yan Sareta MSC di Banggai (1993-1998), Pastor M. Wadio Lestari MSC di Banggai (1999-2001), Pastor Fany St. Manengkey MSC di Banggai (2001-2006). Ketika Nulion menjadi paroki dan dilayani oleh Pastor Nus Rahailwarin MSC, umat Katolik yang berada di pulau Banggai, Bokan dan Bangkurung serta desa Okumel dan Pinalong tetap dilayani oleh paroki Nulion.
Sejarah Paroki “Raja Damai” Banggai
Mulanya Gereja Katolik Banggai berbentuk stasi yang pelindungnya “Kristus Raja”. Nama pelindung itu ditulis di depan Gereja demikian: “Gereja Katolik Kristus Raja Banggai”. Kurang lebih sebulan nama pelindung tersebut dipampang di depan Gereja lalu terdengar suara-suara yang tidak mengenakkan. Telepon-telepon masuk tanpa nama dan menyuarakan: “hati-hati dengan penulisan Gereja Katolik Kristus Raja Banggai”. Pernyataan ini didengar oleh seorang katekis, salah satu mahasiswa KKN dari Manado. Ia kemudian segera melaporkannya kepada Ketua Stasi, Bapak Frans Ignasius Amboe (Alm). Keesokan harinya beliau mengumpulkan pengurus-pengurus stasi dan beberapa tokoh umat untuk mengantisipasi kejadian ini. Pada akhirnya pembicaraan mereka sampai pada kesimpulan bahwa ada yang mengatakan nama Gereja tersebut diturunkan dan ada pula yang mengatakan jangan diturunkan.
Akhirnya, karena merasa khawatir maka mereka menurunkan papan nama Gereja tersebut pada malam hari. Pastor Nus Rahailwarin MSC dari Nulion datang dan menanyakan alasan kenapa umat menurunkan papan nama Gereja tersebut. Kejadian ini pun sempat dibicarakan di kecamatan untuk menjelaskan arti dan tujuan penulisan nama pelindung Gereja di Banggai. Bahkan kejadian ini kemudian dilaporkan kepada Uskup Mgr Joseph Suwatan MSC dan beliau akhirnya mengubah nama tersebut. Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya hal-hal yang tidak diharapkan dan sebagai jalan damai. Akhirnya uskup mengubah nama pelindung Gereja Katolik Banggai dengan nama: “Gereja Katolik Raja Damai Banggai”.
Paroki “Raja Damai” Banggai terletak di Kabupaten Banggai Laut, Provinsi Sulawesi Tengah. Kabupaten ini merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Banggai Kepulauan (Bangkep) sejak April 2013. Keberadaan paroki “Raja Damai” Banggai pun memiliki sejarahnya sendiri. Pada awalnya, paroki ini menjadi salah satu stasi dari Paroki St. Petrus Nulion, yang terletak di Kabupaten Banggai Kepulauan. Pada tanggal 24 Oktober 2004, stasi “Raja Damai” Banggai resmi berubah status menjadi Paroki “Raja Damai” Banggai. Pastor paroki yang pertama adalah Pastor Fanny St. Manengkey MSC. Paroki ini berada dalam wilayah Kevikepan Luwuk-Banggai. Paroki-paroki yang tergabung dalam kevikepan Luwuk-Banggai adalah Paroki Raja Damai Banggai, Paroki Bunda Hati Kudus Sambiut, Paroki St. Petrus Nulion, Paroki Kristus Raja Sulobombong, Paroki Santo Paulus Toili dan Paroki Bintang Kejora Luwuk.
Paroki Raja Damai Banggai terdiri atas tiga wilayah diakonia yang terdapat di pusat paroki dan 16 stasi. Wilayah pelayanan Paroki Raja Damai Banggai meliputi 2 kabupaten yaitu Kabupaten Banggai Laut dan Kabupaten Banggai Kepulauan; dan tersebar di 7 kecamatan, yaitu: Kec. Banggai, Kec. Banggai Utara, Kec. Banggai Selatan, Kec. Banggai Tengah, Bokan Kepulauan, Bangkurung dan Liang. Sampai sekarang Paroki Raja Damai Banggai sudah berusia 14 tahun. Sepanjang usia tersebut, Paroki Banggai telah dilayani oleh 7 orang Pastor. Ketujuh pastor itu adalah Pastor Fanny St. Manengkey MSC (2001-2006), Pastor (Alm.) Kayetanus Yamrewav MSC (2006-2007), Pastor Wahyu Hersanto MSC (2007-2010), Pastor Christofel Fredy Andries MSC (2010-2013), Pastor Fransiskus Lolok MSC (2013-2017), Pastor Christian Florentinus Luly MSC (2017-2020), dan Pastor Josefat Rahajaan MSC (2020 - sekarang).
Disusun oleh P. Jackry Tamboto MSC