TERIMA KASIH TUHAN YESUS MEMBERKATI!
Sebidang tanah luas yang ada di dataran Banggai Laut ditumbuhi oleh banyak rumpun pohon pinang yang dalam bahasa Banggai dinamakan Pososlalongo. Dari kata itulah dusun Pososlalongo dinamakan. Tanah yang subur ini sangat cocok digunakan sebagai areal perkebunan. Oleh karena daya tarik itulah maka orang-orang mulai berdatangan untuk membuka lahan perkebunan. Mereka yang datang ke Pososlalongo berasal dari tempat, antara lain desa Monsongan yang adalah pusat dari dusun Pososlalongo, dari desa Talambatu, desa Tinakin dan bahkan ada yang berasal dari pulau seberang yakni pulau Peling.
Pada waktu itu seperti biasa mereka sudah mendirikan pondok-pondok yang sangat sederhana sebagai tempat tinggal mereka di kala mereka kepanasan dan kehujanan. Tetapi dari mereka yang sudah membuat pondok, mereka tidak hanya menggunakan pondok itu sebagai tempat istirahat sehabis kerja, tetapi juga sebagai tempat tinggal resmi (rumah) karena jarak yang cukup jauh dengan daerah asal mereka.
Mereka yang sudah menjadi penghuni tempat ini antara lain Yosef Sangadi, Dangeo, Lutake, Bangunan, Maukes, Toluno, Lasokan, Bobuluk. Peristiwa ini terjadi pada tahun 1936. Mereka yang sudah menjadi penghuni ini mendirikan pondok-pondok mereka secara berdampingan. Mereka semua sepakat untuk memilih seorang pemimpin karena sangat pentinglah bagi mereka apabila ada seseorang yang memimpin kehidupan mereka. Dia dapat dimintai nasehat dalam menghadapi masalah dan kesulitan. Seorang pemimpin yang demikian mereka sebut sebagai “Paubakalinga”, yang berasal dari kata Pau yang berarti anak dan Bakalinga yang artinya kanan. Jadi paubakalinga artinya pemimpin yang ulet, memiliki kemampuan untuk menghadapi masalah-masalah yang timbul pada masyarakatnya. Karena itulah jika seseorang bergerak umumnya menggunakan tangan kanan yang lebih mampu dan terampil dibandingkan tangan kiri.
Selain kehidupan kemasyarakatan kehidupan masyarakat Pososlalongo juga banyak diwarnai oleh kehidupan beragama. Hampir semua penduduk desa Pososlalongo adalah agama katolik. Ada juga yang tinggal di sana beragama protestan. Namun, karena merasa tersendiri maka mereka memutuskan untuk pindah agama katolik. Kehidupan beragama ini sudah ada sejak desa ini berdiri namun keadaannya masih sangat memprihatinkan. Mereka sudah memiliki niat untuk mengembangkan kegiatan-kegiatan keagamaan namun niat mereka ini tidak bisa dijalankan karena dihambat tidak adanya pengetahuan akan agama dan juga tidak ada pemimpinnya. Melihat keadaan yang demikian pastor paroki Sambiut, Pastor Pety, membantu umat yang ada di Pososlalongo dengan mengirimkan satu tenaga yakni bapak Toliu, asal dari Manado untuk melayani umat dalam bidang kerohanian. Dengan demikian kegiatan rohani sudah bisa berjalan seperti ibadat sabda pada hari minggu. Meskipun mereka masih menggunakan rumah penduduk. Masa berganti masa, waktu berganti waktu, umat sudah semakin berkembang dalam bidang kerohanian. Mereka sudah bisa membangun gereja yang cukup besar sebagai tempat ibadat dan kegiatannya sudah bisa berjalan dengan baik. semuanya bisa tercapai dengan penuh pengorbanan dengan banyak mengalami jatuh-bangun yang melibatkan semua orang. Mereka yang pernah menjadi pemimpin dalam bidang kerohanian atau guru jumat selain bapak Toliu antara lain:
- Bapak Kaseda yang berasal dari Nulion
- Bapak Fidelis yang berasal dari Pososlalongo
- Bapak Paulus Abinae yang berasal dari Nulion
- Bapak Yohanis Bolotuna yang berasal dari Keak
- Bapak Yohanis Abinae yang berasal dari Pososlalongo
STATISTIK 2021